SEBELUM KITA MELANJUTKAN PERJALANAN INI
>> Minggu, 03 Mei 2009
Ada rangkaian gambaran yang berisi tentang hakikat yang paling nyata tentang dakwah ini. Tentang perjalananny yang perih. Tentang rasasakit, siksa, pengasingan, dan tentang besarnya arti kesabaran. Pernahkah kita alami semua itu? Tentang semua yang telah dialami oleh Martir-martir dakwah ini?? Namun kawan, itulah fitrah perjuangan ini. Itulah sunnatullah.
Hanya akan ada aral, onak duri yang selalu melintang-pukang. Pedih dan serasa terasing. Mereka yang mampu bertahan adalah mereka yang setia pada janjinya, untuk bertemu dengan wajah Allah ‘Azza wa jalla, dan menjaga kehormatan, izzah dien ini. Dan mereka yang lemah dan diam, terkotak dalam frame dunia yang fana, hanya akan tersingkir. Terkapar, dan bahkan mungkin mati.
Siapakah kita? dengan segenap kemungkinan terburuk yang niscaya menimpa kita, lantaran kita tengah menggenggam keimanan yang tergambarkan layaknya bara api yang panas. Saat kita genggam, maka tangan kita akan terbakar karenanya. Dan bila kita lepaskan, maka akan lepas pula lah keimanan yang ada pada diri kita.
Mampukah kita mengawal derap langkah dakwah ini lebih jauh, kawan?? Dien ini kawan, akan senantiasa terwarnai oleh hitam legamnya tinta para ulama, dan wangi kesturi merah darah para mujahid. Dan terbangun di atas lulang-belulangnya.
Di sini, marilah sejenak kita bertafakkur. Tentang sejauh apakah langkah kita, lalu bagaimanakah posisi keimanan kita di hadapan Allah ‘azza wa jalla. Padahal, ujian bagi mereka yang beriman adalah sebuah keniscayaan, dan itulah cara Allah menunjukkan tingkatan iman seseorang di hadapanNya. Wallahua’lam…
Hanya akan ada aral, onak duri yang selalu melintang-pukang. Pedih dan serasa terasing. Mereka yang mampu bertahan adalah mereka yang setia pada janjinya, untuk bertemu dengan wajah Allah ‘Azza wa jalla, dan menjaga kehormatan, izzah dien ini. Dan mereka yang lemah dan diam, terkotak dalam frame dunia yang fana, hanya akan tersingkir. Terkapar, dan bahkan mungkin mati.
Siapakah kita? dengan segenap kemungkinan terburuk yang niscaya menimpa kita, lantaran kita tengah menggenggam keimanan yang tergambarkan layaknya bara api yang panas. Saat kita genggam, maka tangan kita akan terbakar karenanya. Dan bila kita lepaskan, maka akan lepas pula lah keimanan yang ada pada diri kita.
Mampukah kita mengawal derap langkah dakwah ini lebih jauh, kawan?? Dien ini kawan, akan senantiasa terwarnai oleh hitam legamnya tinta para ulama, dan wangi kesturi merah darah para mujahid. Dan terbangun di atas lulang-belulangnya.
Di sini, marilah sejenak kita bertafakkur. Tentang sejauh apakah langkah kita, lalu bagaimanakah posisi keimanan kita di hadapan Allah ‘azza wa jalla. Padahal, ujian bagi mereka yang beriman adalah sebuah keniscayaan, dan itulah cara Allah menunjukkan tingkatan iman seseorang di hadapanNya. Wallahua’lam…
0 comments:
Posting Komentar