Ahad, 14 Mei 2006... yach kala itulah aku mulai membuka kehidupanku di dunia. Aku terlahir dengan riang dan ceria, tanpa tangis air mata (beda banget ama manusia kan?). Harapanku mulai muncul agar aku bisa menjadi kebanggakan bagi semua umat untuk menyambung silaturahim dan persaudaraan.Aku ingin selalu bersamamu dalam derap langkah perjuangan untuk dienul Islam
Kebersamaan kadang tidak selamanya seperti rumput. Selalu setara, sewarna, dan segerak. Ada saja kekurangan di antara sesama mukmin. Karena umumnya manusia memang tidak bisa luput dari aib.
Tak ada gading yang tak retak. Itulah ungkapan sederhana yang memuat makna begitu dalam. Sebuah pengakuan bahwa setiap manusia punya kelemahan dan kekurangan.
Siapa pun kita, selalu ada ‘cacat’. Ada ‘cacat’ berupa ketidaksempurnaan fisik: rupa, penampilan, dan sebagainya. Ada juga ‘cacat’ berupa kelalaian ketika pertarungan antara nafsu dan akal berakhir negatif. Nafsulah yang akhirnya membuat keputusan. Saat itulah, seorang anak manusia melakukan kesalahan. Seperti itu pulakah yang terjadi dengan seorang mukmin?
Kadang orang lupa kalau seorang mukmin pun tetap saja sebagai manusia. Bukan malaikat yang selalu bersih tanpa noda. Sinar iman yang ada dalam hatilah yang akhirnya menentukan. Apakah nafsu yang lagi-lagi bicara, atau iman yang ambil keputusan.
Pertarungan itu begitu sengit. Kekuatan dalam diri saja belum cukup. Karena masing-masing pihak meminta bantuan pihak luar diri. Iman dalam hati dibantu oleh nasihat dan doa dari saudara seiman. Dan nafsu dibantu dengan rayuan setan. Kalau nafsu dan rayuan setan yang jadi pemenang, seorang mukmin tergelincir dalam sebuah kesalahan. Kecil atau besar.
Dari situlah kita mengerti kalau seorang mukmin pun bisa melakukan kesalahan. Tapi, sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang menyesal dan meminta ampunan.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya dalam surah Ali ‘Imran ayat 135, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
Lalu, patutkah kelalaian dan ketergelinciran itu menjadi bahan gunjingan. Patutkah keburukan yang kita sebut aib itu disebarkan. Sebagian orang mungkin menyebutnya sebagai risiko. “Siapa yang berbuat, harus menanggung akibat!” ucapan itu boleh jadi keluar merespon keburukan yang terjadi pada saudara mukmin. Termasuk mendapat gunjingan isu yang tidak mengenakkan.
Namun, patutkah kalau gunjingan dan menyebarnya aib disebut sebagai hukuman yang setimpal. Adilkah mengumumkan aib seseorang sebagai sebuah hukuman. Persoalan ini akan meluas ketika berhubungan dengan hukum dan keadilan.
Memang, ada sedikit salah pemahaman antara menyebarkan aib dengan pengumuman hukuman. Menyebarkan aib, apa pun alasannya, tetap terlarang karena bukan itu cara yang dibenarkan Islam. Sementara pengumuman hukuman berkait dengan penegakan hukum dan peringatan buat yang membaca pengumuman. Agar, perbuatan seperti itu jangan pernah dilakukan.
Repotnya ketika sebagian orang lebih enjoy dengan menyebarkan aib sebagai dalih hukuman. Isu dan gosip pun jadi kebiasaan. Aib seorang mukmin menjadi tersebar tak karuan.
Yang jadi pertanyaan, bagaimana mungkin seorang mukmin ringan mengumbar aib saudaranya. Padahal, sudah jelas-jelas Allah swt. melarang menceritakan keburukan sesama mukmin. Firman-Nya dalam surah Al-Hujurat ayat 12, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Ada beberapa kemungkinan kenapa seorang mukmin tega mengumbar aib saudaranya. Kemungkinan pertama, lemahnya pancaran iman dalam hatinya. Iman yang lemah mengecilkan hubungan mulia antar sesama mukmin. Tidak ada lagi keberpihakan. Tidak ada lagi pembelaan terhadap saudara yang sedang ‘jatuh’. Semua menjadi gersang. Kering.
Kedua, tersumbatnya nalar sehat. Nalar yang jernih akan menggiring seorang mukmin melakukan cek dan cek. Periksa dan tabayun. Karena boleh jadi, kabar yang tersiar berbeda jauh dari fakta yang sebenarnya. Ada bumbu. Ada fitnah. Firman Allah swt. dalam surah Al-Hujurat ayat 6, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Kemungkinan ketiga, lunturnya nilai-nilai sosial dalam diri seseorang. Orang seperti ini biasanya mudah iri, dengki, dan mutung. Persoalan kecil yang sebenarnya bisa selesai dengan saling memaafkan, bisa panjang karena cara berpikir yang kerdil. Cacat yang tergolong biasa pada diri seseorang, diolah, dan disebarkan menjadi masalah besar.
Ada kemungkinan yang lain. Seseorang terhinggapi penyakit merasa serba tahu. Urusan yang sebenarnya masih samar, terlihat seperti jelas. Ia malu kalau orang menganggapnya tidak tahu. Dari situlah, membuat-buat cerita berlangsung cepat.
Orang seperti itu pula yang tidak bisa memegang rahasia. Padahal rahasia dalam nilai Islam merupakan amanah. Rahasia besar atau kecil.
Hidup dalam kebersamaan memang sulit seperti rerumputan. Setara, sewarna, dan sederajat. Tapi yakinlah, kebersamaan sesama mukmin jauh lebih mulia dari apa pun. Karena kebersamaan itu selalu dalam gerak. Sedangkan rerumputan senantiasa diam.
Alhamdulillah segala puji Bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya yang tiada ternilai, Sholawat salam bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang bersama keluarga dan sahabatnya menegakkan Dien ini tegak hingga akhir zaman, semoga kita selalu berjuang dan berdakwah sesuai dengan yang beliau contohkan. Mitra muslim, Forspener semua, antum wa antuna. Sebelumnya kami ucapkan terima kasih pada teman-tema nsetia Forspent, Dirut Hiz FM Bp. Yanni Rusmanto beserta Crew, dan Forspener semua.yang selama ini telah bersusah payah aktif dalam komunitas ini dan dengan semangatnya yang tak kan henti. Forspener semua dan teman-teman yang baru saja bergabung, Selamat bergabung dengan komunitas kami yang insyaAllah ingin rasanya berbagi selalu dengan Menebar salam, Menebara Da'wah dan menuai bersama kebaikan. Syukron katsiron telah meluangkan waktu dan menyambangi kita walau sejenak. emang kita bermula dari nol dan Alhamdulillah kita dah mulai merangkak dan mencoba menerobos segala rintangan dengan merangkak tadi ternyata Nikmat Allah SWT selalu melimpah. Hingga kita dapat bersua kembali dengan baju yang berbeda kali ini, sekali lagi dengan semangat ukhuwah dan meluruskan niat kita, mari songsong zaman ini dengan semangat Rohmatan lil ‘alamin. Mitra Muslim, Forspener semua, tanpa dukungan antum semua kita tidak ada apa-apanya. Semoga jalinan ini tetap terjaga dan semoga dengan media ini kita dapat meluruskan dan menyusun benang-benang yang kusut dalam ukhuwah ini. Syukron jazakumullahu khoiron katsiro Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
AHAD, 14 Mei 2006…. Kala itu riang gembirang suasana hatiku. Nuansa pagi yang cerah, siang… matahari kian menyengat. Kulihat wajah-wajah yang berseri penuh senyuman menghiasi hari-hari itu. Dalam sebuah sketsa ruangan kita berkumpul. Panas, hingga keringat kelihatan deras membasahi tubuh. Tapi tiada kita rasa. Yah, karna di situ ada kekuatan, yaitu kekuatan kasih sayang yang terlahir dari lubuk hati kita. Aku yang kala itu kelihatan asing dimata kalian, kalian menyapaku dengan sapaan jiwa; Akh Budi, Nuansa, Ahmad, Luthfi, Mas Sigit, Udin, Putra Merapi, Mama Reza, Mbak Arifah, Ambar, Ajri, Nita, Karsih, Dzakiyah Ulfah, Rizkiyati dan…. ah barangkali masih ada beberapa yang aku lupa namanya. Raut wajah ceria kalian kala kita kenalan, itulah yang tak mungkin bisa terlupakan. Hingga terbentuklah sebuah keluarga. Keluarga yang sungguh berbeda dari yang ada di rumah kita. Harapan-harapan kita bersama dalam ikatan ini mulai tumbuh. Sungguh senang, gembira kala itu kita rasa. Tapi… sinar mentari kian lama kian memudar. Menyambut sang malam yang sebentar lagi kan singgah. Wajah-wajah kalian pun memudar dari pandanganku.
Sebulan kemudian….. kita berkumpul kembali. Seperti saudara yang sedang merantau. Sungguh senangnya kala bertemu lagi. Mulailah kita membentuk nama Forspent. Sungguh, kita semua yakin Allah-lah yang berkehendak kenapa kita memakai nama keluarga kita dengan nama itu. Mungkin suatu saat nanti, nama itulah yang kan kita kenang selalu. Acara kajian pun kini di hadiri oleh beberapa orang lagi. Berarti Allah telah menambah saudara untuk kita.
Hari-hari pun terus berjalan. Mengiringi setiap detik yang terlewat. Amanah-amanah baru mulai muncul. Aku pun kian bertambah azzam untuk senantiasa bersama kalian. Terkenang… malam Deklarasi Forspent, aku ikut siaran dengan Luthfi di radio, sambil menunggu akh Budi. Jam 20.30 lebih akh Budi baru datang membawa 2 box yang berisi snack dan buah dari Sragen. Mungkin itulah resikonya menjadi ketua. Harus rela apapun yang dia kerjakan. Malam ini pun aku dan Luthfi dapat jatah buat beground dan nyeting tempat untuk acara deklarasi. Jam 22.00 lebih kami baru sampai di aula Pakym. Terlihat pintu gerbangnya ditutup. Kami pun jadi panik, kesal…. Ah…. Acara deklarasi forspent besok pagi. Malam ini juga semua perlengkapan harus jadi. Akhirnya… ada juga yang melewati dekat pintu gerbang. Kontan saja kami cepat-cepat memanggilnya. Ketika masuk aula, kami pun malah bingung. Cuma kami berdua yang harus nyelesekan beground dan nyeting tempat, apa bisa selesai. Tapi rasa-rasa pesimis itu berusaha kami buang. Mulailah membuat tulisan, memotong dan menempel. Belum selesai memotong tulisan aku harus sendirian memotongnya, karna si Luthfi gak kuat ngantuk. Ku hanya bisa memakluminya, mungkin dia kecapekan. Sedikit-demi sedikit dengan hati-hati ku buat tulisan sendiri. Hanya nyamuk-nyamuk bertebaran yang menemaninya. Tiada terasa jam di dinding menunjukkan pukul 02.00, ku berusaha untuk menempel-nempel tulisan di kain beground. Tapi Alhamdulillah, tak ada satu jam aku sanggup selesaikan menempelkannya. Aku pun ikut tidur. Sungguh, rasanya ingin pulang ke kost. Aulanya banyak nyamuknya, hingga tak bisa buat tidur nyenyak. Tak tau, berapa menit aku bisa memejamkan mata,…. Tiba-tiba terdengar suara azan dari balik dinding. Ternyata sholat telah tiba waktunya. Matakupun pedas. Aku berusaha membangunkan Luthfi. Yah… sungguh malam ini malam yang buat aku jadi pusing karna kurang tidur.
Sinar mentari bersinar lagi, menyapa kilauan si embun pagi. Ku siapkan segalanya untuk acara deklarasi. Langkah pasti ku ayunkan. Ku sambut kehadiran teman-temanku seperjuangan. Tapi, ah… mana ni orang yang ikut deklarasi yah. Perasaan sudah jam 09.00 gak ada yang datang. Yang datang Cuma pengurus saja. Aku Cuma bisa berharap, mungkin masih dalam perjalanan. Jam 10.00 acara baru mulai. Meski acara tak sesuai rencana. Aku pun berusaha untuk selalu optimis. Selesai acara…. Aku yakin teman-teman pada capek semua. Tapi kita sempat berkumpul, ngobrol-ngobrol tentang keluarga kita forspent. Kenapa dari pihak pimpinan radio tidak menyempatkan hadir untuk acara deklarasi. Padahal acara deklarasi kan sebagai acara utama forspent, dan juga bertepatan dengan miladnya radio. Kita pun hanya bisa merenung, menerima kenyataan. Ada kata-kata yang tiba dari satu diantara kita ”Sebenarnya pihak radio kurang begitu menerima kehadiran kita diforspent dalam radio ini. Kita sepert di anak tirikan. Kalau kita ketahui, kita ada karena kita juga memperhatikan atau perhatian dengan radio agar bisa maju.” Entah kenapa, aku terlarut dalam kesedihan. Ku pandangi wajah teman-temanku. Semua …. Sedih… dan pilu. Tapi aku pun berusaha mengatakan kepada mereka, “teman-teman semua, kita hadir di sini bukan untuk terkenal, tapi untuk dikenal dan berkenalan hingga nanti terbentuk ikatan kekeluargaan. Karena Allah kita bisa bertemu, maka apa yang terjadi pada forspent saat ini adalah bentuk perjuangan kita. Dan kita tak boleh menyalahkannya.” Mungkin itulah yang bisa aku utarakan. Tapi setelah itu kita akhirnya membuat kesepakatan, kita lebih banyak silaturahim agar ukhuwah ini selalu indah kita nikmati.
Mulailah aku sering main ke radio untuk sekadar silaturahim. Tak taunya ada bebarapa teman-teman yang juga sering ke radio. Tapi apa mungkin kita Cuma buat acara silaturahim saja. Tak hanya itu, kita pun berusaha untuk membuat acara lain. Acara kajian, inilah salah satu pula sebagai jembatan untuk bisa bertemu dan bersilaturahim. Inilah suatu moment yang baru kita coba untuk mengadakan kajian rutin setiap bulan sekali. Saat itu, Sabtu sore aku, Luthfi dan Dzakiyah berencana pergi ke rumah Ambar untuk mengclearkan kesiapan acara kajian Ahad paginya. Sore itu pula langit mendung, aku dan Luthfi naik motor tahun 1990an. Ku berjalan di belakan Dzakiyah, karna yang tau rumahnya Ambar hanya dia. Mungkin saja sudah menjadi kebiasaan tingkah laku anak muda. Aku dan Luthfi berjalan mengendarai sepeda motor sambil ngobrol, akhirnya ketinggalan dengan Dzakiyah. Sebagai anak muda pula tak tanggung-tanggung kami lewati arah jalur lurus jalan raya dengan PD, karna pasti Dzakiyah lewat arah lurus. Ternyata kami sampai pada sebuah jalan pertigaan, hingga buat kami bingung mana jalan yang harus kami lalui. Kontan saja Luthfi ambil HP dan telp Dzakiyah. Ternyata Dzakiyah masih di belakang, tadi berhenti di toko beli sesuatu. Kami pun di beri ancar-ancar duluan, kalau nanti jalan melewati keratonan. Nah rumah Ambar di dekat keratonan. Tak tanggung-tanggung aku dan Luthfi langsung tancap gas. Sampai juga kami didekat keratonan. Ku mencoba Tanya-tanya pada orang rumahnya Ambar plus ciri-ciri orangnya. Kami pun disuruh masuk pintu gerbang keratonan. Ketika kami masuk ada anak-anak yang bermain bola, kami pun menanyakan rumah ambar yang mana, karna ada beberapa deret rumah di situ. Alhamdulillah kami di tunjukkan rumahnya Ambar. Disela-sela jalan aku lihati bentuk keratonan. Ku ketuk pintu dengan sapaan “Assalamu’alaikum….” Terjawab; “Wa’alaikumussalam dari dalam rumah.” Ada seorang bapak yang membuka pintu, dan kami pun kontan bertanya bertanya pada Bapak; “Apa benar ini rumahnya mbak Ambar?”. “Benar.” Jawab Bapak. “Silahkan masuk. “ Kami pun masuk dan menempati kursi. Rumah mungil yang cukup sederhana. Disela-sela kami duduk, bapak bertanya: “mau ketemu sama Ambar”. “Ya pak. Ni mau mempersiapkan buat acara besok.” Jawab kami. Bapak itu pun pergi ke dalam memanggil Ambar. Tak lama kemudian, bapak menemui kami kembali dan berkata: “Ambar masih tidur itu. Kayaknya kecapekan setelah tadi ada acara.” Tiba-tiba HPku bedering, ternyata telp dari Dzakiyah; “Antum pada nyampe mana Akh? Ni aku sudah di rumah Ambar.” Aku pun jawab; “Kalau aku dan Luthfi sudah di dalam rumahnya Ambar.” “Lha ini ambar sudah sama saya” sahut Dzakiyah. Aku pun sempat bingung. Kata bapak Ambar baru tidur tapi Dzakiyah bilang sudah sama Ambar. Cepat-cepat kami pamitan keluar dengan bapak. Setelah keluar tiba-tiba Dzakiyah SMS; “Antum salah rumah kali, rumah Ambar dari pertigaan keratonan ke kiri.” Huggh…h… ternyata memang benar kami salah rumah, tadi pertigaan kami belok kanan bukan kiri. Duh Rabbi, andai tadi Ambar yang sedang tidur bangun dan keluar, alangkah malunya kami. Muka kami tak taruh dimana….?????
Meski sempat terjadi hal sepert itu, tapi tak mengurangi semangatku untuk silaturahim. Aku dan anak-anak forspent mulai menggalang untuk silaturahim ke rumah sesepuh forspent. Subhanallah aku temukan keindahan dan kenikmatan silaturahim. Canda dan tawa menghiasi suasana, saling mengutarakan masalah yang dihadapi, harapan-harapan untuk masa depan. Semuanya terungkap, tanpa tertutupi. Ketika ada yang sakit segera kita tengok dan beri motivasi. Karna kita adalah saudara dalam keluarga. Melalui itulah forspent jadi termotivasi untuk menghadirkan kegiatan-kegiatan; (Kajian rutin, bedah buku, rihlah, ifthor-buka puasa bersama, halal bi halal), hingga itulah moment-moment yang mengisi hari-hari untuk dijadikan kenangan.
Kebahagiaan dalam kebersamaan memang tak selalu ku nikmati selamnya. Ternyata Akh Budi sebagai ketua forspent kala itu harus hijrah ke luar kota untuk amanah kehidupannya. Kini yang ikhwan yang harus meneruskannya Cuma aku, Luthfi dan kusmadi. Disamping itu Aku juga bahagia teman-temanku sudah bisa menyempurnakan separoh diennya (Mbak Arifah-Ridwan, Iquq-Udin, Luthfi-Desy, Alfi-Anto, Ambar-Fajar, Kusmadi-Atik, Ajri-Supri). Meski aku juga gak terlalu banyak berharap kelak kebersamaan kami tidak seperti yang dulu. Terkenang ketika Ambar mengadakan acara walimatul ‘ursy-nya. Tak tau kenapa kesedihan seperti melanda. Bagaimana tidak, ambar adalah seorang akhwat yang satu-satunya perangainya selalu ceria tanpa marah. Dia yang mengisi clotehan di kala rapat kelihatan sepi karna sikapnya yang unik. Kini dia kan bersama seseorang, meski Cuma pendengar. Mungkin kami tak bisa sering bersua. Terlihat kala aku ikut mengiringinya sampai ke mobil pengantin, air mata yang ia keluarkan kala melihat kami semua, sungguh detak kesedihan mulai merasuk di hati kami. Seakan-akan ialah air mata kedukaan karna tak bisa dia nanti jarang bisa bersama Forspent. Tapi setidaknya air mata itu ia juga curahkan untuk kebahagiaannya karna tlah ada orang senantiasa menemaninya.
Kini perjalanan forspent semakin lama semakin sunyi. Wajah-wajah ceria dulu semakin lama semakin menghilang. Warna –warna cinta kian lama kian pudar. Kerinduan-kerinduan indahnya kebersamaan dulu kini sering menyapa. Tapi aku berusaha kembalikan ini semua kepada-NYA. Bertemu dan berpisah adalah kehendak-NYA. Aku bersyukur telah diberi kesempatan bisa bersama dengan kalian. Teman, kalian tak bisa tergantikan oleh apa-apa. Semoga teman-teman yang saat ini, bisa menjadi sebuah ikatan seperti kita dulu.
"Disini kita pernah bertemu, mencari warna seindah pelangi, ketika kau menghulurkan tanganmu, membawaku ke daerah yang baru dan hidupku kini ceria....
Kini dengarkanlah dendangan lagu tanda ingatanku, kepadamu teman, agar ukhuwah kan bersimpul padu, Kenangan bersamamu tak kan ku lupa walau badai datang melanda, walau terjerat jasad dan nyawa.
Mengapa kita ditemukan, dan akhirnya kita dipisahkan, mungkinkah menguji kesetiaan, kejujuran dan kemanisan iman, Tuhan berikan daku kekuatan."
OLeh: wahyudi - smart_cerdas@yahoo.co.id mengenang kala pertama kali bertemu.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil'alamin. Puji syukur mari kita ikrarkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala karena atas izin-Nya Forspent bisa menyapa sobat muslim di seluruh dunia lewat blog ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa sallam, yang senantiasa kita teladani sepanjang masa. Sobat muslim tercinta, kami sangat bangga dengan adanya kreatifitas anak-anak Forspent yang berusaha untuk memajukan dakwah Islam di bumi tercinta. Semakin berkembangnya teknologi yang semakin canggih, maka forspent mampu membuat blog ini agar dakwah bisa mudah berkembang, agar silaturahim yang terjalin diantara pendengar Radio HIZ 101.4 FM solo khususnya bisa terjalin selamanya dan agar ukhuwah/kekeluargaan yang ada tetap terbina selamanya. Untuk itu kami mengucapkan selamat datang kepada sobat muslim yang singgah ke blog ini. Jangan sia-siakan kesempatan untuk bersilaturahim lewat media internet ini, dan kami akan senantiasa mendukung agar ke depan kian lebih baik. Sukses buat Forspent dan buat sobat muslim diseluruh penjuru dunia. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sobatku, pasti dah kepikir n kebayang tentang judul ntu pasti niru acara di televisi. Yah, pasti dech sobat juga kagak ketinggalan tuk ngikutin acara ntu.kalo kagak ngikuti berarti kejam bin ketinggalan jaman. Its….bukan masalah liat ato kagaknya sobat ngikuti acara ntu.tapi apakah sobat diantara orang yang pengen ngungkapin perasaan selama ini sobat simpen dalem – dalem sampai mlempem sama orang yang sobat cintai, orang yang sobat gandrungi, orang yang selalu terbawa dalam lamunan sobat. “Katakan Cinta” sebuah ungkapan yang mendebar – debar hati. Tak bisa dipungkiri, disaat – saat usia semakin dewasa, wajah baru semakin layu, masa muda kian menua pasti sobat mempunyai rasa cinta terhadap lawan jenis. Kagak hanya kawula muda, bahkan para kakek or nenek – nenek sing untune wis entek, ra tedas rempeyek, mlakune ndeyek – ndeyek kadang kalo liat orang cantik or gantheng bilang “ wah cantiknya / gantengnya …?!” Sobat yang aye cintai coz Allah,
Cinta bisa melanda siapa saja, dimana saja, kapan saja. Nah… apakah sekarang sobat lagi dirundung rasa cinta ? tentunya jatuh cinta adalah sesuatu yang sangat indah. Seindah …..( yah pikiren sendiri ). Cinta hadir dan timbul dari fitrah, siapa yang kagak pernah jatuh cinte ntu make hatinye akan kering seperti padang pasir.
Tapi kita juga harus bisa nempatin ntu rasa. Terkadang disaat – saat kite ketemu sama sosok orang yang kita cintai, hati ini rasanya berdebar – debar, jantung mau copot mata mlotot melewati wajahnya yang aduhai….... cantiknya, ganthengnya?!... Pengen sekali bisa memeluknya, bisa mencium keningnya. Pengen sekali hati ini bisa mengucap “ I Love You” kepadanya tapi kagak berani bin takut tuk ngungkapkanya. Ya kalo dia cinta sama kita?! Kalo tidak??? Bisa beribu – ribu malu sambung menyambung menjadi satu kite ngungkapin rasa cinta ntu padanya?!..
Persis sebuah ungkapan, karena cinta seseorang rela kehujanan, menunggu berjam – jam tuk bisa berjumpa dengan si doi.Yang jelas kalo dah cinta, ape – ape pasti dilakuin.
Yups, kalo saat ni sobat dirundung kebimbangan, pengen ngungkapin rasa cinta tapi masih ketar – ketir alias takut. Kalo gak diungkapin bagaimana sobat tau kalo si dia juga cinta sama kita ato malah diembat sama orang lain. Waduuh… pening aku…., begituh kata si botak raja minyak dari medan . So “ back to Al – Qur’an n Sunnah” memang cinta itu fitrah, tapi kita juga kudu n sanggup menjaganya biar rasa itu kagak ternodai karena perangkap syetan. Seseorang boleh jatuh cinta, tapi ia harus menahan cintanya sampe ia mendapat jalan untuk mewujudkan cintanya dipintu pernikahan yang sah.(idiiih asyiknya…?!) yah kalo dah bener – bener kagak bisa ditahan …, dikhitbah aja dech…?! Berani kagak loe?! ( Baca aza “Kuliah,Kerja, Nikah” or “ Nikah Awal Kuliah’’( Ruadatul Muhibbin smart media ). Betul juga kata mas Didik Hermawan ( penulis ) dalam bukunya “ Pinang daku duhai Cintaku” , tiada obat yang paling mujarab di dunia ini bagi orang yang dirundung rasa cinta kecuali menikah. Tapi ni ye… kalo rasa takut, minder, dkk masih menggelayuti dalam diri sobat tuk menikah, mending kite inget pesen nyak lan babe loe: Sekolah sing tenanan, belajar yang rajin besok gede biar jadi guru. Kalo kagak bisa jadi guru bagi orang lain, minimal guru bagi diri sendiri. Fahimtum….?
“ Dan adapun orang – orang yang takut kepada kebesaran Tuhanya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” ( QS. An Nazia’at: 40 – 41)
Sekarang kalo dah terlanjur sama hal percintaan ato pacaran katakan pada si doimu mau nikah sama sobat kagak ? kalo kagak mau, tinggalin aza tu manusia. Toh jodoh kita yang nentuin Alloh.
Dan saat inilah saat tepat tuk ngungkapin “Katakan Cinta” kepada Alloh Robbul ‘Izzati. Katakan “ I Love You” to Abi wa Umy. Katakan tresno kagem Bopo lan simbok. Jangan ketinggalan katakan cinta tuk buletin forspent yang dah nemenin you disaat – saat lagi suntuk n BeTe ( Butuh Tausyiah ). Kalo sobat dah cinta ama buletin forspent, maka sobat kudu sabar menanti di edisi mendatang. Katakan cinta, adalah sebuah ungkapan yang pantas kita ungkapkan sekarang juga.(akh Ye)
Ahad Pagi, 14 Mei 2006 sang mentari dengan malu-malu menampakkan dirinya, menyapa sang bumi yang masih terlihat sepi. Kicauan burung pun bernyanyi menghiasi nada-nada pagi hari. Tak sedikit manusia yang masih terlelap tidur setelah asyiknya menikmati malam minggu. Yah… itu dunia mereka yang mengatasnamakan malam cinta buat ketemu sang pacar.
Di sisi lain inilah dunia kami –semoga Allah meridhoi- , saat indah, saat-saat yang kami nanti bisa bertemu dengan teman-teman seperjuangan. Terik matahari menyengat sampai terasa dinadi. Langkah-langkah kami dengan niatan tulus ikhlas menuju sebuah aula pertemuan. Dan di aula itulah kami dipertemukan. Semua terlihat asing, belum saling mengenal. Mulailah kami saling berjabat tangan, menyapa dengan sebutan Akhy dan Ukhty. Kini kami menjadi sebuah keluarga yang harus mengenal (ta’aruf), memahami (tafahum) dan menanggung satu sama lain (takaful). Inilah yang kami harapkan, dan kami kira Dien Islam ini pula. Senyuman-senyuman dan gelak tawa hadir disetiap kebersamaan yang kita lalui. Dan inilah saatnya kami memandu cinta di dunia FORSPENT….
Ahad pagi, 17 September 2006 kami kembali dipertemukan. Kali ini langkah-langkah kita beda dengan langkah kita yang dulu. Ruangannya pun lebih luas dari ruangan dulu kala kami pertama bertemu. Sebutlah hari ini adalah hari DEKLARASI FORSPENT. Kami berusaha ingin keluarga kami semakin besar. Semakin berazzamlah diri untuk selalu bersama dalam suka, dalam duka, dalam meniti ridho-Nya (SEISMIC-Dialog 2 Hati).
ORANG-ORANG YANG MENGIRINGI DERAP PERJUANGAN FORSPENT
Awal mula di tahun 2006 kami Cuma ada beberapa; Akh: Luthfi, Budi Purnomo, Sulis/Nuansa, Kusmadi, Ahmad, Fathur, Udin, Putra Merapi, Wahyudi, Mas Sigit, Bpk. Mas’ud, Abi Ahsan. Ukht: Arifah, Ambarsari, Nita, Ajri, Karsih, Abel, Dzakiyah Ulfah, Mama Reza, Ibu Mas’ud, Umi Ahsan, Ibu Dewi. (Mungkin masih ada beberapa yang belum sempat terekam di memori kami). Dan mereka yang melanjutkan di tahun 2007 bersama kami; Akh: Umar Syarif, Suratno, Tarto, Nashrudin, Farist. Ukht: Mila, Hana, Dwi Wulandari, Mbak Tini, Esta, Mbak Syahda. Kemudian mereka yang menyambung kembali di tahun 2008; Akh: Aji Saka, Hamzah Asadullah. Ukht: Wiwid Ika, ‘Izzatul Hasanah, Ani Solikhah, Umi Hanifah. Dan kerinduanpun untuk menyambung saudara-saudara yang lain selalu terpatri di dalam hati sampai nanti, sampai mati (Letto).
KENANGAN-KENANGAN YANG INGIN TERUKIR
KANTIN FORSPENT (Kajian Rutin). Manahan sebuah kawasan terkenal di Kota Solo, awal Agustus kami memulai kajian pertama kali. Di area dekat lapangan basket itulah kami mulai berdakwah dari hati ke hati, meski suara-suara gaduh mencoba memecahkan nada-nada perjuangan kami. Dan inilah yang tak pernah kami lupakan. Banyak saudara-saudara kami yang hanya ingin ikut kajian ini harus rela kebingungan cari lokasi hingga datangnya hampir acara selesai. Bahkan ada juga yang bannya bocor 2 kali. Subhanallah… “Maka barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizkinya, hendaklah ia menyambung tali silaturahim.” (HR. Muslim).
BEDAH BUKU. Kamis, 17 Mei 2007 ketika orang-orang menikmati liburan tanggal merah, kami pun rela untuk menikmati detak-detak perjuangan dakwah di sebuah masjid Kota Barat. Acara yang tak kami duga sebelumnya, akhirnya mengundang banyak simpati dengan banyaknya orang-orang yang hadir mengikutinya. Dan kami pun semakin sadar… “Utlubul ‘ilma walau bishshin, tuntulah ilmu walau ke negeri Cina.” (Hadits)
RIHLAH. Setelah beberapa lama kami menikmati hirup-pikuk dalam kajian, kami mengadakan acara refreshing yang kami beri nama “Jalin Ukhuwah dengan Rihlah” di kawasan wisata Grojogan Sewu – Tawangmangu dengan keinginan untuk menyegarkan pikiran dan sejenak melepaskan segala kepenatan. Riang gembira, senyum dan tawa kami dapati dan ukhuwah indah pun mengakar kuat, menghujam, tumbuh dan subur. “Dan berbahagialah atas apa yang ada pada diri Anda saat ini.” (Aidh al Qarni)
IFTHOR – BUKA PUASA BERSAMA. Ramadhan 1427 H, di sebuah aula HIZ fm, kami berkumpul, menikmati jamuan Agung yang hanya datang sekali dalam setahun. Ada beberapa dari kami yang bawa sesuatu dari rumahnya untuk dimakan bersama-sama dalam buka puasa itu. Sampai-sampai tidak terasa malam semakin pekat. Setelah shalat magrib kamipun masih asyik berbincang bak seorang perantau jauh yang bertemu dengan saudaranya. Masih terekam di memori kami; ada saudara kami yang kelihatannya sedih karena tidak berani pulang ke rumah. Maka kami pun berusaha mengantarnya di sebuah kawasan dingin, dan pegunungan Karanganyar. Tiba juga kami di rumahnya setelah 1.5 jam perjalanan. Dan kami katakan: “Teman jangan sedih lagi, usaplah air matamu, kami akan selalu bersamamu. Maka tersenyumlah....”
SILATURAHIM. Sebuah agenda rutin yang kami lakukan meski tak menentu tiap berapa bulan sekali. Di saat kami mengadakan acara silaturahim di tempat sesepuh kami yang paling jauh, kamipun dengan senangnya mengikuti acara tersebut. Dari ujung selatan, utara, barat bahkan timur tak terasa beratnya melangkahkan kaki untuk menghadirinya. Acaranya sampai sore, hingga ada beberapa dari anak-anak forspent yang harus sabar menanti angkutan bus yang lewat. Beberapa bus berusaha kami henti, tapi tak mau kami naiki. Uh… malangnya kami, hampir 1 jam tidak ada bus yang mau kami naiki. Matahari kian tenggelam, tapi akhirnya kami pun dapat angkutan meski harus berdesak-desakan. Setelah itu ada saudara kami yang bilang; Terima kasih, dari silaturahim itulah kami jadi tidak bertengkar lagi. “Kini dengarkanlah dendangan lagu tanda ingatanku, kepadamu teman, agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu.” (Untukmu teman- Brother)
Dan itulah kenangan-kenangan yang terukir dalam sejarah Forspent. Tapi kami pun ingin mengukir kenangan-kenangan yang lain; Tadzabur Alam, Bakti Sosial dan kenangan-kenangan yang lebih indah hingga tiba suatu saat nanti kita semua harus berpisah di dunia ini (semoga di surga kita bisa bersua lagi).
“Indahnya jika kita dapat bersama, hidup di dalam gembira di dunia ini, lagi indahnya jika kita dapat bersama hidup di dalam gembira di akhirat sana…” (Jalinan-UNIC)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, meriwayatkan Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Salam;
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk hingga apabila telah selesai maka berdirilah rahim dan berkata, ‘Ini adalah tempat makhluk yang berlindung pada-Mu dari memutus silaturahim?’ Allah berfirman,’Ya, tidakkah kamu ridha jika Aku menyambung orang yang menyambungmu dan Aku memutus orang yang memutusmu?’ rahim menjawab, ’Ya.’ Allah berfirman, ’itulah bagianmu”
Gambaran indah yang diungkapkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Salam pada hadist tersebut menjelaskan perlakuan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap rahim dan orang yang menyambungnya. Sehingga, jelaslah penghormatan islam terhadap silaturahim, yang mana ia berdiri di hadapan Allah dan meminta perlindungankepada-Nya dari orang yang memutusnya. Perhatian islam terhadap silaturahim merupakan salah satu prinsip-prinsip islam yang utama sejak dakwah terang-terangan dilancarkan oleh nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi wa Salam.
Silaturahim sangat dianjurkan bagi seluruh muslim dimanapun mereka berada. Dan bagi seorang muslim silaturahim bukanlah hanya sekedar rekreasi atau mengisi waktu senggang saja, tetapi baginya menyambung silaturahim dilakukan dengan ikhlas dan jujur juga senantiasa mengharap keridhaan Rabb-nya. Bagi seorang muslim silturahim mempunyai 2 jangka tujuan, yaitu; jangka pendek ialah menambah kerukunan dan cinta yang targetnya bukan hanya mencari tau kabarnya saja namun, juga untuk menyelesaikan dan mengatasi berbagai persoalan. Dan jangka panjangnya ialah dakwah dan perbaikan yang tanpa melanggar batasan syar’i dan yang dapat menjauhkan dari agamanya.
Sebagaimana sabda Rasulullah; ”tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahim…”. Selain akan mendapatkan surga dengan menyambung silaturahim, seorang yang menyambung silaturahim dapat mempererat suatu hubungan, dapat meluruskan suatu permasalahan yang diselisihkan, dapat memancarkan sumber kasih sayang dan cinta terhadap saudara-saudaranya, dan masih banyak dapat dapat yang lain yang insyaAllah hal-hal tersebut sangat bersifat positif.
Oleh karnanya, janganlah mudah memutus silaturahim, jangan biarkan suatu hubungan persaudaraan mulai bahkan terlanjurteregang hingga tak ada saling sapa diantaranya, tak ada rasa keingintahuan keadaan dari saudaranya. Yang semua itu akan berujung pada dosa dan akan membuat tidak mengenalnya anak-anak turun kita bahwa sebenarnya mereka bersaudara dengan dia, dia dan dia. Sebagai seorang muslim biasakan bersilaturahim walaupun dengan hal-hal kecil agar mudah dalam menyelesaikan suatu perselisihan, agar ikatan persaudaraan tetap terjaga dan semakin kuat, agar umat islam akan terbangun dengan bangunan yang kokoh, sebagaimana pada sebuah nasihat; ’apabila umat islam seperti satu tubuh, surga akan terhampar di atasnya. Apabila umat ini seperti bangunan, akan bahagialah manusia..’
Muhammad saw, Nabi, Rasul sekaligus uswah hasanah bagi ummatnya. Segala yang ada padanya adalah mutiara. Baik perkataan, perbuatan dan akhlak adalah yang terbaik sebagai pedoman. Kenapa harus malu menghupkan sunnah-sunnah beliau…???
Kenyataannya, ummat akhir zaman benar-benar jauh dari itu. Bongkahan mutiara teladan ini hanya laksana seonggok besi tua karatan yang layak untuk dibuang. Jalur kehidupan benar-benar telah berputar haluan, bagi mereka gaya hidup rusak ala artis dijadikan tolak ukur dalam kehidupannya. Tak kepalang tanggung, gaya mereka (para artis) dari ujung rambut sampai ujung kaki ditiru habis-habisan oleh para maniaknya. Apabila ditegur, apa jawabny??
‘Kan Nabi hidup di zaman purba, coba dia hidup di zaman sekarang, pasti bakal ngikut kita-kita.’ Astaghfirullahal ‘adhiim…akankah kita juga seperti itu? Coba lihat kembali apa yang telah teladan kita ajarkan. Semuanya membawa kebaikan. Gaya hidup yang telah beliau ajarkan membawa kesejukan dan ketentraman.
Bagi mereka (para pecinta dunia_red), kecantikan dan lekuk tubuh adalah segalanya, tapi bagi kita (ummat Islam), hijab seorang wanita muslim alah kehormatan yang harus dijaga martabatnya. Bagi mereka (para pecinta dunia_red) neraka siap menganga lebar untuk menampung mereka. Namun untuk kita Ummat Muhammad saw, surga siap menanti dengan berseri.
Pernahkah terbesit rasa khawatir di hatimu wahai saudaraku dalam menghidupkan sunnah Rasul kita?? Jangan khawatir, jalan kita bukanlah jalan yang salah. Berpakaian ala the real Moslem fashion adalah yang terbaik. Pernahkah kau saksikan, mereka yang berpakaian koko dan mengenakan celana cingkrang (di atas mata kaki) style (celana ¾ atau sebetis) atau para ABG (Akhwat Berjilbab Gede)…??? Bagaimana? Menentramkan hati, bukan??
Sunnah-sunnah Nabi kita juga masih banyak yang perlu dihidupkan. Makanya, mari..rame-rame kita hidupkan kembali sunnah Nabi… wallahu Musta’an…..
AHAD, 14 Mei 2006…. Kala itu riang gembirang suasana hatiku. Nuansa pagi yang cerah, siang…matahari kian menyengat. Kulihat wajah-wajah yang berseri penuh senyuman menghiasi hari-hari itu. Dalam sebuah sketsa ruangan kita berkumpul. Panas, hingga keringat kelihatan deras membasahi tubuh. Tapi tiada kita rasa. Yah, karna di situ ada kekuatan, yaitu kekuatan kasih sayang yang terlahir dari lubuk hati kita. Aku yang kala itu kelihatan asing dimata kalian, kalian menyapaku dengan sapaan jiwa; Akh Budi, Nuansa, Ahmad, Luthfi, Mas Sigit, Udin, Putra Merapi, Mama Reza, Mbak Arifah, Ambar, Ajri, Nita, Karsih, Dzakiyah Ulfah, Rizkiyati dan…. ah barangkali masih ada beberapa yang aku lupa namanya. Raut wajah ceria kalian kala kita kenalan, itulah yang tak mungkin bisa terlupakan. Hingga terbentuklah sebuah keluarga. Keluarga yang sungguh berbeda dari yang ada di rumah kita. Harapan-harapan kita bersama dalam ikatan ini mulai tumbuh. Sungguh senang, gembira kala itu kita rasa. Tapi… sinar mentari kian lama kian memudar. Menyambut sang malam yang sebentar lagi kan singgah. Wajah-wajah kalian pun memudar dari pandanganku.
Sebulan kemudian….. kita berkumpul kembali. Seperti saudara yang sedang merantau. Sungguh senangnya kala bertemu lagi. Mulailah kita membentuk nama Forspent. Sungguh, kita semua yakin Allah-lah yang berkehendak kenapa kita memakai nama keluarga kita dengan nama itu. Mungkin suatu saat nanti, nama itulah yang kan kita kenang selalu. Acara kajian pun kini di hadiri oleh beberapa orang lagi. Berarti Allah telah menambah saudara untuk kita.
Hari-hari pun terus berjalan. Mengiringi setiap detik yang terlewat. Amanah-amanah baru mulai muncul. Aku pun kian bertambah azzam untuk senantiasa bersama kalian. Terkenang… malam Deklarasi Forspent, aku ikut siaran dengan Luthfi di radio, sambil menunggu akh Budi. Jam 20.30 lebih akh Budi baru datang membawa 2 box yang berisi snack dan buah dari Sragen. Mungkin itulah resikonya menjadi ketua. Harus rela apapun yang dia kerjakan. Malam ini pun aku dan Luthfi dapat jatah buat beground dan nyeting tempat untuk acara deklarasi. Jam 22.00 lebih kami baru sampai di aula Pakym. Terlihat pintu gerbangnya ditutup. Kami pun jadi panik, kesal…. Ah…. Acara deklarasi forspent besok pagi. Malam ini juga semua perlengkapan harus jadi. Akhirnya… ada juga yang melewati dekat pintu gerbang. Kontan saja kami cepat-cepat memanggilnya. Ketika masuk aula, kami pun malah bingung. Cuma kami berdua yang harus nyelesekan beground dan nyeting tempat, apa bisa selesai. Tapi rasa-rasa pesimis itu berusaha kami buang. Mulailah membuat tulisan, memotong dan menempel. Belum selesai memotong tulisan aku harus sendirian memotongnya, karna si Luthfi gak kuat ngantuk. Ku hanya bisa memakluminya, mungkin dia kecapekan. Sedikit-demi sedikit dengan hati-hati ku buat tulisan sendiri. Hanya nyamuk-nyamuk bertebaran yang menemaninya. Tiada terasa jam di dinding menunjukkan pukul 02.00, ku berusaha untuk menempel-nempel tulisan di kain beground. Tapi Alhamdulillah, tak ada satu jam aku sanggup selesaikan menempelkannya. Aku pun ikut tidur. Sungguh, rasanya ingin pulang ke kost. Aulanya banyak nyamuknya, hingga tak bisa buat tidur nyenyak. Tak tau, berapa menit aku bisa memejamkan mata,…. Tiba-tiba terdengar suara azan dari balik dinding. Ternyata sholat telah tiba waktunya. Matakupun pedas. Aku berusaha membangunkan Luthfi. Yah… sungguh malam ini malam yang buat aku jadi pusing karna kurang tidur.
Sinar mentari bersinar lagi, menyapa kilauan si embun pagi. Ku siapkan segalanya untuk acara deklarasi. Langkah pasti ku ayunkan. Ku sambut kehadiran teman-temanku seperjuangan. Tapi, ah… mana ni orang yang ikut deklarasi yah. Perasaan sudah jam 09.00 gak ada yang datang. Yang datang Cuma pengurus saja. Aku Cuma bisa berharap, mungkin masih dalam perjalanan. Jam 10.00 acara baru mulai. Meski acara tak sesuai rencana. Aku pun berusaha untuk selalu optimis. Selesai acara…. Aku yakin teman-teman pada capek semua. Tapi kita sempat berkumpul, ngobrol-ngobrol tentang keluarga kita forspent. Kenapa dari pihak pimpinan radio tidak menyempatkan hadir untuk acara deklarasi. Padahal acara deklarasi kan sebagai acara utama forspent, dan juga bertepatan dengan miladnya radio. Kita pun hanya bisa merenung, menerima kenyataan. Ada kata-kata yang tiba dari satu diantara kita ”Sebenarnya pihak radio kurang begitu menerima kehadiran kita diforspent dalam radio ini. Kita sepert di anak tirikan. Kalau kita ketahui, kita ada karena kita juga memperhatikan atau perhatian dengan radio agar bisa maju.” Entah kenapa, aku terlarut dalam kesedihan. Ku pandangi wajah teman-temanku. Semua …. Sedih… dan pilu. Tapi aku pun berusaha mengatakan kepada mereka, “teman-teman semua, kita hadir di sini bukan untuk terkenal, tapi untuk dikenal dan berkenalan hingga nanti terbentuk ikatan kekeluargaan. Karena Allah kita bisa bertemu, maka apa yang terjadi pada forspent saat ini adalah bentuk perjuangan kita. Dan kita tak boleh menyalahkannya.” Mungkin itulah yang bisa aku utarakan. Tapi setelah itu kita akhirnya membuat kesepakatan, kita lebih banyak silaturahim agar ukhuwah ini selalu indah kita nikmati.
Mulailah aku sering main ke radio untuk sekadar silaturahim. Tak taunya ada bebarapa teman-teman yang juga sering ke radio. Tapi apa mungkin kita Cuma buat acara silaturahim saja. Tak hanya itu, kita pun berusaha untuk membuat acara lain. Acara kajian, inilah salah satu pula sebagai jembatan untuk bisa bertemu dan bersilaturahim. Inilah suatu moment yang baru kita coba untuk mengadakan kajian rutin setiap bulan sekali. Saat itu, Sabtu sore aku, Luthfi dan Dzakiyah berencana pergi ke rumah Ambar untuk mengclearkan kesiapan acara kajian Ahad paginya. Sore itu pula langit mendung, aku dan Luthfi naik motor tahun 1990an. Ku berjalan di belakan Dzakiyah, karna yang tau rumahnya Ambar hanya dia. Mungkin saja sudah menjadi kebiasaan tingkah laku anak muda. Aku dan Luthfi berjalan mengendarai sepeda motor sambil ngobrol, akhirnya ketinggalan dengan Dzakiyah. Sebagai anak muda pula tak tanggung-tanggung kami lewati arah jalur lurus jalan raya dengan PD, karna pasti Dzakiyah lewat arah lurus. Ternyata kami sampai pada sebuah jalan pertigaan, hingga buat kami bingung mana jalan yang harus kami lalui. Kontan saja Luthfi ambil HP dan telp Dzakiyah. Ternyata Dzakiyah masih di belakang, tadi berhenti di toko beli sesuatu. Kami pun di beri ancar-ancar duluan, kalau nanti jalan melewati keratonan. Nah rumah Ambar di dekat keratonan. Tak tanggung-tanggung aku dan Luthfi langsung tancap gas. Sampai juga kami didekat keratonan. Ku mencoba Tanya-tanya pada orang rumahnya Ambar plus ciri-ciri orangnya. Kami pun disuruh masuk pintu gerbang keratonan. Ketika kami masuk ada anak-anak yang bermain bola, kami pun menanyakan rumah ambar yang mana, karna ada beberapa deret rumah di situ. Alhamdulillah kami di tunjukkan rumahnya Ambar. Disela-sela jalan aku lihati bentuk keratonan. Ku ketuk pintu dengan sapaan “Assalamu’alaikum….” Terjawab; “Wa’alaikumussalam dari dalam rumah.” Ada seorang bapak yang membuka pintu, dan kami pun kontan bertanya bertanya pada Bapak; “Apa benar ini rumahnya mbak Ambar?”. “Benar.” Jawab Bapak. “Silahkan masuk. “ Kami pun masuk dan menempati kursi. Rumah mungil yang cukup sederhana. Disela-sela kami duduk, bapak bertanya: “mau ketemu sama Ambar”. “Ya pak. Ni mau mempersiapkan buat acara besok.” Jawab kami. Bapak itu pun pergi ke dalam memanggil Ambar. Tak lama kemudian, bapak menemui kami kembali dan berkata: “Ambar masih tidur itu. Kayaknya kecapekan setelah tadi ada acara.” Tiba-tiba HPku bedering, ternyata telp dari Dzakiyah; “Antum pada nyampe mana Akh? Ni aku sudah di rumah Ambar.” Aku pun jawab; “Kalau aku dan Luthfi sudah di dalam rumahnya Ambar.”“Lha ini ambar sudah sama saya” sahut Dzakiyah. Aku pun sempat bingung. Kata bapak Ambar baru tidur tapi Dzakiyah bilang sudah sama Ambar. Cepat-cepat kami pamitan keluar dengan bapak. Setelah keluar tiba-tiba Dzakiyah SMS; “Antum salah rumah kali, rumah Ambar dari pertigaan keratonan ke kiri.” Huggh…h… ternyata memang benar kami salah rumah, tadi pertigaan kami belok kanan bukan kiri. Duh Rabbi, andai tadi Ambar yang sedang tidur bangun dan keluar, alangkah malunya kami. Muka kami tak taruh dimana….?????
Meski sempat terjadi hal sepert itu, tapi tak mengurangi semangatku untuk silaturahim. Aku dan anak-anak forspent mulai menggalang untuk silaturahim ke rumah sesepuh forspent. Subhanallah aku temukan keindahan dan kenikmatan silaturahim. Canda dan tawa menghiasi suasana, saling mengutarakan masalah yang dihadapi, harapan-harapan untuk masa depan. Semuanya terungkap, tanpa tertutupi. Ketika ada yang sakit segera kita tengok dan beri motivasi. Karna kita adalah saudara dalam keluarga. Melalui itulah forspent jadi termotivasi untuk menghadirkan kegiatan-kegiatan; (Kajian rutin, bedah buku, rihlah, ifthor-buka puasa bersama, halal bi halal), hingga itulah moment-moment yang mengisi hari-hari untuk dijadikan kenangan.
Kebahagiaan dalam kebersamaan memang tak selalu ku nikmati selamnya. Ternyata Akh Budi sebagai ketua forspent kala itu harus hijrah ke luar kota untuk amanah kehidupannya. Kini yang ikhwan yang harus meneruskannya Cuma aku, Luthfi dan kusmadi. Disamping itu Aku juga bahagia teman-temanku sudah bisa menyempurnakan separoh diennya (Mbak Arifah-Ridwan, Iquq-Udin, Luthfi-Desy, Alfi-Anto, Ambar-Fajar, Kusmadi-Atik, Ajri-Supri). Meski aku juga gak terlalu banyak berharap kelak kebersamaan kami tidak seperti yang dulu. Terkenang ketika Ambar mengadakan acara walimatul ‘ursy-nya. Tak tau kenapa kesedihan seperti melanda. Bagaimana tidak, ambar adalah seorang akhwat yang satu-satunya perangainya selalu ceria tanpa marah. Dia yang mengisi clotehan di kala rapat kelihatan sepi karna sikapnya yang unik. Kini dia kan bersama seseorang, meski Cuma pendengar. Mungkin kami tak bisa sering bersua. Terlihat kala aku ikut mengiringinya sampai ke mobil pengantin, air mata yang ia keluarkan kala melihat kami semua, sungguh detak kesedihan mulai merasuk di hati kami. Seakan-akan ialah air mata kedukaan karna tak bisa dia nanti jarang bisa bersama Forspent. Tapi setidaknya air mata itu ia juga curahkan untuk kebahagiaannya karna tlah ada orang senantiasa menemaninya.
Kini perjalanan forspent semakin lama semakin sunyi. Wajah-wajah ceria dulu semakin lama semakin menghilang. Warna –warna cinta kian lama kian pudar.Kerinduan-kerinduan indahnya kebersamaan dulu kini sering menyapa. Tapi aku berusaha kembalikan ini semua kepada-NYA. Bertemu dan berpisah adalah kehendak-NYA. Aku bersyukur telah diberi kesempatan bisa bersama dengan kalian. Teman, kalian tak bisa tergantikan oleh apa-apa. Semoga teman-teman yang saat ini, bisa menjadi sebuah ikatan seperti kita dulu.
"Disini kita pernah bertemu, mencari warna seindah pelangi, ketika kau menghulurkan tanganmu, membawaku ke daerah yang baru dan hidupku kini ceria....
Kini dengarkanlah dendangan lagu tanda ingatanku, kepadamu teman, agar ukhuwah kan bersimpul padu, Kenangan bersamamu tak kan ku lupa walau badai datang melanda, walau terjerat jasad dan nyawa.
Mengapa kita ditemukan, dan akhirnya kita dipisahkan, mungkinkah menguji kesetiaan, kejujuran dan kemanisan iman, Tuhan berikan daku kekuatan."
OLeh: smart_cerdas@yahoo.co.id mengenang kala pertama kali bertemu.Read more...
Ada rangkaian gambaran yang berisi tentang hakikat yang paling nyata tentang dakwah ini. Tentang perjalananny yang perih. Tentang rasasakit, siksa, pengasingan, dan tentang besarnya arti kesabaran. Pernahkah kita alami semua itu? Tentang semua yang telah dialami oleh Martir-martir dakwah ini?? Namun kawan, itulah fitrah perjuangan ini. Itulah sunnatullah. Hanya akan ada aral, onak duri yang selalu melintang-pukang. Pedih dan serasa terasing. Mereka yang mampu bertahan adalah mereka yang setia pada janjinya, untuk bertemu dengan wajah Allah ‘Azza wa jalla, dan menjaga kehormatan, izzah dien ini. Dan mereka yang lemah dan diam, terkotak dalam frame dunia yang fana, hanya akan tersingkir. Terkapar, dan bahkan mungkin mati. Siapakah kita? dengan segenap kemungkinan terburuk yang niscaya menimpa kita, lantaran kita tengah menggenggam keimanan yang tergambarkan layaknya bara api yang panas. Saat kita genggam, maka tangan kita akan terbakar karenanya. Dan bila kita lepaskan, maka akan lepas pula lah keimanan yang ada pada diri kita. Mampukah kita mengawal derap langkah dakwah ini lebih jauh, kawan?? Dien ini kawan, akan senantiasa terwarnai oleh hitam legamnya tinta para ulama, dan wangi kesturi merah darah para mujahid. Dan terbangun di atas lulang-belulangnya. Di sini, marilah sejenak kita bertafakkur. Tentang sejauh apakah langkah kita, lalu bagaimanakah posisi keimanan kita di hadapan Allah ‘azza wa jalla. Padahal, ujian bagi mereka yang beriman adalah sebuah keniscayaan, dan itulah cara Allah menunjukkan tingkatan iman seseorang di hadapanNya. Wallahua’lam…
Cinta adalah karunia Allah yang amat besar, dan karunia tersebut pasti diberikan kepada setiap hambaNya. Cinta meruupakan fitrah yang pasti ada di setiap manusia. Setiap amalan yang menjadi pilihan setiap manusia pasti didasari karena cinta, yahh coba lihatlah penyair yang mampu bersyair dengan indahnya, itu jua karena besar cintanya pada syair. Lihatlah pula penulis yang telah banyak menelurkan karya-karya yang bermanfaat, itu pun jua karena rasa cintanya pada menulis dan lihat pula pada sahabat-sahabat Rasul. Subhanallah…begitu semangatnya mereka dalam berjihad, itu pun jua karna tlah tertancap begitu dalam di hati mereka rasa cinta mereka kepada Allah dan RasulNya. Dan banyak yang lainnya yang semua keberhasilannya didasari karena rasa cinta, yang dari rasa cinta itu akan timbul rasa ikhlas dari hati untuk melakukannya. Tapi ingat… sedikit pula orang yang dari kehidupannya karena cinta, itulah yang sering kita sebut dengan cinta semu, cinta dunia. Yaahh..itulah cinta yang menyihir orang yang mengalaminya menjadi budak dan slalu turut, patuh dan tunduk pada cinta semu tersebut. Na’udzubillah… Mencintai adalah amalan hati seorang manusia. Yang mana pelarian cinta itu tergantung pada apa dan siapa manusia dalam kemana kita harus menjatuhkan pilihan cintanya. Sebagai muslim pastilah kita tahu kemana kita harus menjatuhkan pilihan cinta kita, dan hanya kepada Allah lah cinta kita pastinya berlabuh. Dan cinta kepada Allah termasuk jenis ibadah yang paling agung. Sebagaimana Ibnul Qayyim mengatakan: ‘Ibadah kepada Yang Pengasih Adalah bentuk kecintaan kepadaNya Yang paling utama, disertai ketundukkan hambaNya Itu adalah dua kutub, Pada kedua kutub itulah Alam raya ibadah berporos Yang tidak akan berputar,sampai Tegaknya kedua kutub itu’ Benar, beribadah kepada Yang Pengasih adalah bukti cinta yang paling dalam, artinya; kecintaan kepadaNya lah yang paling penghabisan, yang menjadi poros berputarnya semua perkara-perkara ibadah. Maka cinta kepada Sang Pengasih adalah di antara jenis cinta yang paling agung dan dalam cinta ini tidak boleh ada seorang pun yang bersama Allah SWT sebagaimana teladan kita, Rasulullah SAW oleh ummul mukminin, ‘aisyah ra;”ketika beliau sedang bercakap-cakap dengan kami, tiba-tiba beliau seakan tidak mengenali kami. Yaitu ketika terdengar seruan adzan.” Subhanallah…begitu pula teladan kita ini, Nabi Ibrahim as begitu mencintai allah, mengenal Allah, memahami hak-hakNya untuk ditaati dan dilaksanakan. Beliau pun berani mengambil resiko untuk melaksanakan untuk melaksanakan perintah Allah, yaitu ketika beliau mendapat peerintah untuk menyembelih putra tercintanya, Nabi Ismail as. Nabi Ismail as pun begitu ikhlasnya ketika mendengar ayahnya mendapat perintah dari Allah untuk menyembelihnya. Karena begitu tulusnya utusan-utusan Allah ini, maka Allah pun menggantinya dengan domba yang besar. Subhanallah.. begitu indahnya ketika cinta kepada Allah menjadi dasar untuk melakukan suatu hal, begitu pula seharusnya kita. Selain kita dapat melakukan amalan-amalan ibadah sehari-hari, sebagai bukti cinta kepadaNya kita dapat mewujudkan dengan berkurban di Bulan Dzulhijjah, tepatnya pada tanggal 10 yang menghampiri kita. Sebagaimana kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah, ketaatan beliau ketika menerima perintah untuk menyembelih putranya. Dan dengan ketulusan itulah, maka Allah menggantinya dengan domba yang besar sebagai sesembelihan. Yang peristiwa ini menjadi amalan turun temurun hingga kita, sebagai amalan pembuktian cinta kita kepada Allah. Dengan berkurban, kita akan berbagi dengan hamba-hamba Allah lainnya yang juga saudara-saudar kita. Hingga semuanya dapat merasakan begitu indah dan nikmatnya suatu kebersamaan dan pe ngorbanan yang didasari karena rasa cinta kepada Allah SWT. Selain berkurban sebagai pembuktian cinta kita kepada Allah, amalan-amalan lain pun dapat melengkapi. Sehingga keseharian kita insyaallah akan penuh dengan berkah dariNya dan jauh dari masalah. Jadi….buktikan bahwa cinta kita hanyalah kepadaNya….. (Ani)
Bacalah dengan ( menyebut)nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Qs. Al’Alaq 1-5
Iqra’, Bacalah. Kata yang simple tapi sarat makna. Ingat sobat, ayat pertama kali yang turun kepada Nabi Muhammad saw adalah “ iqra’ “. Dan kita sebagai seorang muslim dituntut untuk belajar dan belajar. Rosulullah saw pernah bersabda: “tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.” Artinya, ga pandang besar ato kecil, tua ato muda, semua kudu belajar sampe akhir hayat. Dalam hal ini penulis buku EQS, pak Ari Ginanjar mengatakan: sesungguhnya perintah “ iqrq’ “ yang ada dalam al Qur’an itu gak hanya membaca dalam arti teks (buku, majalah, internet,dll), tetapi juga kontekstual. Missal, belajar di masyarakat dengan menjadi pengurus Rohis, belajar tentang manusia dengan berdakwah-mengajak orang kepada kebenaran Islam. Dan surat yang turun pertama kali ini juga merupakan rahmat Allah bagi hamba2’Nya. Di dalamnya terdapat (pula) tanbih (pemberitahuan urgensi) atas permulaan penciptaan manusia dari ‘alaqah (segumpal darah), n kemulyaan dari Allah kepada manusia yang gak tau menjadi tau dengan ilmu, “Bacalah! Demi Pemeliharamu Yang Maha Mulya, Yang mengajari dengan pena. Mengajari manusia segala sesuatu yang tidak diketahui.” Ringkasnya, bahwa sebenernya seluruh pengetahuan itu ada dalam al Qur’ann, dan tuntunan praktisnya ada dalam sunah Nabi Muhammad saw. Tak cuman itu aja sobat, ternyata orang2 yang berilmu itu banyak fadhilahnya (keutamaannya). Dah pada tau semua kan?? Ampe banyak ungkapan dan sanjungan tentang ilmu dan orang2 yang berilmu. Allah pun akan mengangkat derajat orang2 yang berilmu. Dalam surah al Mujadalah: 11 disebutkan;”…Allah akan mengangkat derajat orang2 yang berimann dan orang2 yang berilmu…”. Tak ketinggalan juga bahwa Rosulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang menempuh jalan yang di dalamnya ia mencari ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan ke surga.” Keren abish dech. Subhanallah. Makanya sobat, kita gak bakal rugi dunia wal akhirat dengan belajar sepanjang hayat kita. So, jika saat ni sobat yang masih duduk di bangku sekolah or kampus, jangan sia-siain kesempatan ini. Galilah ilmu guru-gurumu or dosen2mu. Tapi ente-ente yang dah gak sekolah, madrasahmu adalah setiap jalan yang kau tempuh.
AHAD, 14 Mei 2006…. Kala itu riang gembirang suasana hatiku. Nuansa pagi yang cerah, siang…matahari kian menyengat. Kulihat wajah-wajah yang berseri penuh senyuman menghiasi hari-hari itu. Dalam sebuah sketsa ruangan kita berkumpul. Panas, hingga keringat kelihatan deras membasahi tubuh. Tapi tiada kita rasa. Yah, karna di situ ada kekuatan, yaitu kekuatan kasih sayang yang terlahir dari lubuk hati kita. Aku yang kala itu kelihatan asing dimata kalian, kalian menyapaku dengan sapaan jiwa; Akh Budi, Nuansa, Ahmad, Luthfi, Mas Sigit, Udin, Putra Merapi, Mama Reza, Mbak Arifah, Ambar, Ajri, Nita, Karsih, Dzakiyah Ulfah, Rizkiyati dan…. ah barangkali masih ada beberapa yang aku lupa namanya. Raut wajah ceria kalian kala kita kenalan, itulah yang tak mungkin bisa terlupakan. Hingga terbentuklah sebuah keluarga. Keluarga yang sungguh berbeda dari yang ada di rumah kita. Harapan-harapan kita bersama dalam ikatan ini mulai tumbuh. Sungguh senang, gembira kala itu kita rasa. Tapi… sinar mentari kian lama kian memudar. Menyambut sang malam yang sebentar lagi kan singgah. Wajah-wajah kalian pun memudar dari pandanganku.
Sebulan kemudian….. kita berkumpul kembali. Seperti saudara yang sedang merantau. Sungguh senangnya kala bertemu lagi. Mulailah kita membentuk nama Forspent. Sungguh, kita semua yakin Allah-lah yang berkehendak kenapa kita memakai nama keluarga kita dengan nama itu. Mungkin suatu saat nanti, nama itulah yang kan kita kenang selalu. Acara kajian pun kini di hadiri oleh beberapa orang lagi. Berarti Allah telah menambah saudara untuk kita.
Hari-hari pun terus berjalan. Mengiringi setiap detik yang terlewat. Amanah-amanah baru mulai muncul. Aku pun kian bertambah azzam untuk senantiasa bersama kalian. Terkenang… malam Deklarasi Forspent, aku ikut siaran dengan Luthfi di radio, sambil menunggu akh Budi. Jam 20.30 lebih akh Budi baru datang membawa 2 box yang berisi snack dan buah dari Sragen. Mungkin itulah resikonya menjadi ketua. Harus rela apapun yang dia kerjakan. Malam ini pun aku dan Luthfi dapat jatah buat beground dan nyeting tempat untuk acara deklarasi. Jam 22.00 lebih kami baru sampai di aula Pakym. Terlihat pintu gerbangnya ditutup. Kami pun jadi panik, kesal…. Ah…. Acara deklarasi forspent besok pagi. Malam ini juga semua perlengkapan harus jadi. Akhirnya… ada juga yang melewati dekat pintu gerbang. Kontan saja kami cepat-cepat memanggilnya. Ketika masuk aula, kami pun malah bingung. Cuma kami berdua yang harus nyelesekan beground dan nyeting tempat, apa bisa selesai. Tapi rasa-rasa pesimis itu berusaha kami buang. Mulailah membuat tulisan, memotong dan menempel. Belum selesai memotong tulisan aku harus sendirian memotongnya, karna si Luthfi gak kuat ngantuk. Ku hanya bisa memakluminya, mungkin dia kecapekan. Sedikit-demi sedikit dengan hati-hati ku buat tulisan sendiri. Hanya nyamuk-nyamuk bertebaran yang menemaninya. Tiada terasa jam di dinding menunjukkan pukul 02.00, ku berusaha untuk menempel-nempel tulisan di kain beground. Tapi Alhamdulillah, tak ada satu jam aku sanggup selesaikan menempelkannya. Aku pun ikut tidur. Sungguh, rasanya ingin pulang ke kost. Aulanya banyak nyamuknya, hingga tak bisa buat tidur nyenyak. Tak tau, berapa menit aku bisa memejamkan mata,…. Tiba-tiba terdengar suara azan dari balik dinding. Ternyata sholat telah tiba waktunya. Matakupun pedas. Aku berusaha membangunkan Luthfi. Yah… sungguh malam ini malam yang buat aku jadi pusing karna kurang tidur.
Sinar mentari bersinar lagi, menyapa kilauan si embun pagi. Ku siapkan segalanya untuk acara deklarasi. Langkah pasti ku ayunkan. Ku sambut kehadiran teman-temanku seperjuangan. Tapi, ah… mana ni orang yang ikut deklarasi yah. Perasaan sudah jam 09.00 gak ada yang datang. Yang datang Cuma pengurus saja. Aku Cuma bisa berharap, mungkin masih dalam perjalanan. Jam 10.00 acara baru mulai. Meski acara tak sesuai rencana. Aku pun berusaha untuk selalu optimis. Selesai acara…. Aku yakin teman-teman pada capek semua. Tapi kita sempat berkumpul, ngobrol-ngobrol tentang keluarga kita forspent. Kenapa dari pihak pimpinan radio tidak menyempatkan hadir untuk acara deklarasi. Padahal acara deklarasi kan sebagai acara utama forspent, dan juga bertepatan dengan miladnya radio. Kita pun hanya bisa merenung, menerima kenyataan. Ada kata-kata yang tiba dari satu diantara kita ”Sebenarnya pihak radio kurang begitu menerima kehadiran kita diforspent dalam radio ini. Kita sepert di anak tirikan. Kalau kita ketahui, kita ada karena kita juga memperhatikan atau perhatian dengan radio agar bisa maju.” Entah kenapa, aku terlarut dalam kesedihan. Ku pandangi wajah teman-temanku. Semua …. Sedih… dan pilu. Tapi aku pun berusaha mengatakan kepada mereka, “teman-teman semua, kita hadir di sini bukan untuk terkenal, tapi untuk dikenal dan berkenalan hingga nanti terbentuk ikatan kekeluargaan. Karena Allah kita bisa bertemu, maka apa yang terjadi pada forspent saat ini adalah bentuk perjuangan kita. Dan kita tak boleh menyalahkannya.” Mungkin itulah yang bisa aku utarakan. Tapi setelah itu kita akhirnya membuat kesepakatan, kita lebih banyak silaturahim agar ukhuwah ini selalu indah kita nikmati.
Mulailah aku sering main ke radio untuk sekadar silaturahim. Tak taunya ada bebarapa teman-teman yang juga sering ke radio. Tapi apa mungkin kita Cuma buat acara silaturahim saja. Tak hanya itu, kita pun berusaha untuk membuat acara lain. Acara kajian, inilah salah satu pula sebagai jembatan untuk bisa bertemu dan bersilaturahim. Inilah suatu moment yang baru kita coba untuk mengadakan kajian rutin setiap bulan sekali. Saat itu, Sabtu sore aku, Luthfi dan Dzakiyah berencana pergi ke rumah Ambar untuk mengclearkan kesiapan acara kajian Ahad paginya. Sore itu pula langit mendung, aku dan Luthfi naik motor tahun 1990an. Ku berjalan di belakan Dzakiyah, karna yang tau rumahnya Ambar hanya dia. Mungkin saja sudah menjadi kebiasaan tingkah laku anak muda. Aku dan Luthfi berjalan mengendarai sepeda motor sambil ngobrol, akhirnya ketinggalan dengan Dzakiyah. Sebagai anak muda pula tak tanggung-tanggung kami lewati arah jalur lurus jalan raya dengan PD, karna pasti Dzakiyah lewat arah lurus. Ternyata kami sampai pada sebuah jalan pertigaan, hingga buat kami bingung mana jalan yang harus kami lalui. Kontan saja Luthfi ambil HP dan telp Dzakiyah. Ternyata Dzakiyah masih di belakang, tadi berhenti di toko beli sesuatu. Kami pun di beri ancar-ancar duluan, kalau nanti jalan melewati keratonan. Nah rumah Ambar di dekat keratonan. Tak tanggung-tanggung aku dan Luthfi langsung tancap gas. Sampai juga kami didekat keratonan. Ku mencoba Tanya-tanya pada orang rumahnya Ambar plus ciri-ciri orangnya. Kami pun disuruh masuk pintu gerbang keratonan. Ketika kami masuk ada anak-anak yang bermain bola, kami pun menanyakan rumah ambar yang mana, karna ada beberapa deret rumah di situ. Alhamdulillah kami di tunjukkan rumahnya Ambar. Disela-sela jalan aku lihati bentuk keratonan. Ku ketuk pintu dengan sapaan “Assalamu’alaikum….” Terjawab; “Wa’alaikumussalam dari dalam rumah.” Ada seorang bapak yang membuka pintu, dan kami pun kontan bertanya bertanya pada Bapak; “Apa benar ini rumahnya mbak Ambar?”. “Benar.” Jawab Bapak. “Silahkan masuk. “ Kami pun masuk dan menempati kursi. Rumah mungil yang cukup sederhana. Disela-sela kami duduk, bapak bertanya: “mau ketemu sama Ambar”. “Ya pak. Ni mau mempersiapkan buat acara besok.” Jawab kami. Bapak itu pun pergi ke dalam memanggil Ambar. Tak lama kemudian, bapak menemui kami kembali dan berkata: “Ambar masih tidur itu. Kayaknya kecapekan setelah tadi ada acara.” Tiba-tiba HPku bedering, ternyata telp dari Dzakiyah; “Antum pada nyampe mana Akh? Ni aku sudah di rumah Ambar.” Aku pun jawab; “Kalau aku dan Luthfi sudah di dalam rumahnya Ambar.”“Lha ini ambar sudah sama saya” sahut Dzakiyah. Aku pun sempat bingung. Kata bapak Ambar baru tidur tapi Dzakiyah bilang sudah sama Ambar. Cepat-cepat kami pamitan keluar dengan bapak. Setelah keluar tiba-tiba Dzakiyah SMS; “Antum salah rumah kali, rumah Ambar dari pertigaan keratonan ke kiri.” Huggh…h… ternyata memang benar kami salah rumah, tadi pertigaan kami belok kanan bukan kiri. Duh Rabbi, andai tadi Ambar yang sedang tidur bangun dan keluar, alangkah malunya kami. Muka kami tak taruh dimana….?????
Meski sempat terjadi hal sepert itu, tapi tak mengurangi semangatku untuk silaturahim. Aku dan anak-anak forspent mulai menggalang untuk silaturahim ke rumah sesepuh forspent. Subhanallah aku temukan keindahan dan kenikmatan silaturahim. Canda dan tawa menghiasi suasana, saling mengutarakan masalah yang dihadapi, harapan-harapan untuk masa depan. Semuanya terungkap, tanpa tertutupi. Ketika ada yang sakit segera kita tengok dan beri motivasi. Karna kita adalah saudara dalam keluarga. Melalui itulah forspent jadi termotivasi untuk menghadirkan kegiatan-kegiatan; (Kajian rutin, bedah buku, rihlah, ifthor-buka puasa bersama, halal bi halal), hingga itulah moment-moment yang mengisi hari-hari untuk dijadikan kenangan.
Kebahagiaan dalam kebersamaan memang tak selalu ku nikmati selamnya. Ternyata Akh Budi sebagai ketua forspent kala itu harus hijrah ke luar kota untuk amanah kehidupannya. Kini yang ikhwan yang harus meneruskannya Cuma aku, Luthfi dan kusmadi. Disamping itu Aku juga bahagia teman-temanku sudah bisa menyempurnakan separoh diennya (Mbak Arifah-Ridwan, Iquq-Udin, Luthfi-Desy, Alfi-Anto, Ambar-Fajar, Kusmadi-Atik, Ajri-Supri). Meski aku juga gak terlalu banyak berharap kelak kebersamaan kami tidak seperti yang dulu. Terkenang ketika Ambar mengadakan acara walimatul ‘ursy-nya. Tak tau kenapa kesedihan seperti melanda. Bagaimana tidak, ambar adalah seorang akhwat yang satu-satunya perangainya selalu ceria tanpa marah. Dia yang mengisi clotehan di kala rapat kelihatan sepi karna sikapnya yang unik. Kini dia kan bersama seseorang, meski Cuma pendengar. Mungkin kami tak bisa sering bersua. Terlihat kala aku ikut mengiringinya sampai ke mobil pengantin, air mata yang ia keluarkan kala melihat kami semua, sungguh detak kesedihan mulai merasuk di hati kami. Seakan-akan ialah air mata kedukaan karna tak bisa dia nanti jarang bisa bersama Forspent. Tapi setidaknya air mata itu ia juga curahkan untuk kebahagiaannya karna tlah ada orang senantiasa menemaninya.
Kini perjalanan forspent semakin lama semakin sunyi. Wajah-wajah ceria dulu semakin lama semakin menghilang. Warna –warna cinta kian lama kian pudar.Kerinduan-kerinduan indahnya kebersamaan dulu kini sering menyapa. Tapi aku berusaha kembalikan ini semua kepada-NYA. Bertemu dan berpisah adalah kehendak-NYA. Aku bersyukur telah diberi kesempatan bisa bersama dengan kalian. Teman, kalian tak bisa tergantikan oleh apa-apa. Semoga teman-teman yang saat ini, bisa menjadi sebuah ikatan seperti kita dulu.
"Disini kita pernah bertemu, mencari warna seindah pelangi, ketika kau menghulurkan tanganmu, membawa ku ke daerah yang baru, dan hidupku kini ceria....
Kini dengarkanlah dendangan lagu tanda ingatanku, kepadamu teman agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu, kenangan bersamamu takkan ku lupa walau badai datang melanda, walau terjerat jasad dan nyawa.
Mengapa kita ditemukan, dan akhirnya kita dipisahkan, mungkinkah menguji kesetiaan, kejujuran dan kemanisan iman, Tuhan berikan daku kekuatan."
Oleh: smart_cerdas@yahoo.co.id mengenang kala pertama kita berjumpa
Untuk Anggota Gen' Rabbani bila kesulitan mencari nama, bisa via searching diatas. Silahkan masukkan nama Antum. Kalau tidak ketemu bisa menghubungi redaksi atau daftar ulang.
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh... Salam hangat dan ukhuwah teruntuk semuanya. alhamdulillah, saat hangatnya mentari mulai te...
KLIK RUMAH CINTA
POTRET KELUARGA MUSLIM 1. KETIKA AKAN MENIKAH Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kitaJanganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.